Trend burung ciblek : Di blog tengah populer sejak lama
Di sekitaran blok tengah bagian barat meliputi eks karesidenan Kedu, Banyumas dan Pantura (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, dan Kendal), burung ciblek kurang begitu populer.
Ciblek hanya sebatas sebagai burung master, sehingga jarang kicaumania yang melombakannya. Hal ini yang membuat para event organizer (EO) jarang membuat kelas khusus prenjak.
Basanya ciblek-prenjak diikutkan ke dalam kelas campuran, itu pun peserta prenjak sangat sedikit. Sugeng BM sebagai pelaksanan even rutìn Kamis Ceria di pasar hewan Purbalingga, mengakui penggemar prenjak di daerahnya kurang.
“Pernah saya buka kelas prenjak (ciblek), namun peserta sangat minim, sehingga saya memutuskan untuk meniadakan kelas itu. Paling kita buka kelas campuran lokal, sehingga yang punya prejak bisa ikut melombakannya,” tutur Sugeng BM yang akan menggelar even Purbalingga Bersatu dengan hadiah utama 3 juta pada pada 15 Mei 2012.
![Ibu Suji - ikut kecipratan rejeki Ibu Suji - ikut kecipratan rejeki](http://kicauan.files.wordpress.com/2012/04/ibu-suji-ikut-keipratan-rejeki.jpg?w=181&h=82)
Bu Suji - ikut kecipratan rejeki
Hal ini juga dibenarkan oleh Sulis, yang biasa menggelar lomba tidak hanya di Purwokerto, tapi juga di kota-kota sekelilingnya. “Bukannya kita tak mau, tapi kalau minat peserta sedikit kan kurang sip. Ya kita Iihat, nanti kalau peminat meningkat, pasti kita juga akan ikut membuka kelas itu.”
Para pedagang burung, baik yang membuka kios di luar pasar burung maupun pedagang di pasar burung, mengakui permintaan ciblek prenjak sangat minim. OIeh karena itu, para pedagang jarang yang menyetok burung ciblek. Terkecuali kalau ada pesanan dari penghobi, baru dicarikan oleh pedagang.
Yai BM yang membuka kios burung d JI. May Jend Soeprapto Banjarnegara, mengaku jarang sekali menjual burung ciblek. Kalaupun punya stok, Yai memilih prenjak yang sudah gacor. Sebab burung yang sudah gacor, kalau belum laku pun bisa buat master.
“Selain sepi, cari ciblek yang bagus juga susah. Kalau piara dan kecil, risiko matinya lumayan besar, jadi riskan.”
Mulai ramai di Joglosemar dan sekitarnya
Di Magelang, pada latber bulanan Wagean, sudah mulai dbuka kelas ciblek. Namun menurut Mardi, peminat kelas ini belum begitu ramai. “Yang bagus-bagus jelas diburu, tapi lebih diperuntukkan sebagai pemaster. Yang lumayan harganya kisaran 150 ribu, kalau yang bagus sekali mencapai 250 ribu rupiah.”
Di Jogja dan Solo, kelas ciblek sudah dibuka secara rutin dalam tiap Latber. Ada pula yang hanya bulanan. Misalnya latber Sambego, hanya bulanan menggelar kelas ciblek. KMYK rutin ciblek-prenjak, juga Singosaren, Krajan.
IKPBS buka kelas ciblek
Warjo, Ketua IKPBS, menjelaskan peserta kelas ciblek di ajang latberan yang rutin digelar hari Sabtu, cukup ramai dengan peserta bisa di atas 25. Namun, mayoritas peserta adalah untuk jenis ciblek gunung, ciblek kebun dan ciblek sawah.
Menurut Yosi, salah satu juri independen di Jogja, sementara yang pesertanya paling ramai di KMYK bisa mencapai 20-an peserta.
Meskipun ada peluang untuk semakin ramai, tapi sepertinya sulit untuk mengejar popularitas pleci. “Pleci cara tarung dan membawa kan lagunya juga lebih menarik, ya mirip-miriplah dengan sanger. Apalagi, sekarang pleci juga sudah ada wadahnya, yang membuat daya tariknya semakin tinggi.”
Bu Suji, pedagang keliling yang biasa berjualan di Muntilan, Sleman, dan sekitarnya mengaku, harga prenjak dan ciblek anakan memang sudah ada kenaikan. “Dulu 10 ribu, sekarang 15 ribu, Tapi peminat secara umum belum ada kenaikan yang mencolok seperti pada pleci. Kalau saya sih berharap ramai seperti pleci, sebab itu akan sangat menguntungkan semua, ya kita yang bakulan, juga para pemain dan pembuat lomba.”
Patar, pemilik ciblek juara Idola Cilik juga berharap semakin ban yak yang menyukai jenis burung lokal mungil ini. “Menurut saya, asal burungnya bagus, tarungnya juga oke dan menarik. Memang cari burung yang bagus tidak gampang, jadi ini berlaku untuk semua jenis burung. Pleci pun begitu, jumlahnya seabreg, tapi yang henar benar bagus juga tidak banyak. Di situlah tantangan kita, mencari burung yang berkualitas, apa pun jenisnya.” (Bersambung)
Sumber : (Om Kicau)
Komentar